Perjalanan Menuju Kampung Akhirat



Bismillahirrahmanirrohim.

Hidup tak seutuhnya tentang sebuah kesenangan yang selalu kita turuti, perjalanan hidup membuatmu (sedikit) paham tentang kehidupan. Kesenangan demi kesenangan terkadang nikmat untuk kita kejar, kenyamanan dalam setiap hal selalu kita harapkan. Aman ketika melakukan kebohongan, aman dalam kejahatan, aman dalam segala hal kemaksiatan. 

Pernahkah kita merasakan nyaman dalam hal kebaikan?


Aman dalam kemaksitan. Mengurung diri dalam sebuah ruangan kecil, merasa dirinya dalam kesendirian. Seakan-akan keimanan itu dalam level yang sangat rendah. Tidak lagi merasa dirinya diawasi oleh alaikat yang diutus oleh Allah.

“Aku bermaksiat dulu ya Allah, nanti aku minta ampunan-Mu (lagi).”

Pernahkah kita merasa nyaman dalam beribadah kepada Allah?


Silih berganti waktu, kemaksiatan demi kemaksiatan itu terulang kembali. Maksiat, bertaubat, maksiat, bertaubat. Pikiranmu sebenarnya tak tenang ketika melakukan maksiat. Namun nafsumu sepertinya menenangkanmu. Berpikir bahwa hidup ini lama, kita bisa bertaubat sesuai dengan kemauan nafsu kita.

Pernahkah kita menangis bersimpuh pada Allah Ta’ala dengan perbuatan dosa kita?


Sahabat Umar bin Khattab radiallahu’anhu dan seluruh sahabat nabi. Apakah beliau tak pernah salah? Tak pernah bermaksiat? Semangat dalam hijrah menuju totalitas sebagai seorang muslim, seorang yang berserah diri. Sepuluh sahabat telah dijanjikan surga, termasuk sahabat Umar bin Khattab. Kabar dari siapa berita tersebut? Datang dari Rasulullah shalallahu’alaihi wasalam. Pernahkah Sahabat Umar berkeinginan untuk santai-santai, membuang waktu, dalam kemaksiatan lagi? Setelah beliau dijamin masuk surga. Tentunya jaminan tersebut diucapkan ketika beliau (sahabat Umar) masih hidup bukan?

Pernahkah kita merasa lelah dengan setiap perbuatan dosa yang kita lakukan?


Ya Allah, sebenarnya saya lelah dengan kemaksiatan ini. Namun, setiap saya melakukan maksiat, saya selalu merasa umurku masih bisa untuk bertaubat kepada-Mu ya Allah. Merasa aman dalam kemaksiatan. Nafsu telah membiusku ya Allah. Nafsu selalu membenarkan kemaksiatan ini ya Allah. Kelelahan ini sekana tak terlihat lagi, kemaksiatan membuat semangat bermaksiat lagi semakin lebar, tinggi tak tertahan.


Pernahkah kita meniatkan diri untuk istiqamah dalam ketaatan?


Istiqamah tentunya biasanya disandingkan dengan kebaikan, ibadah, hal yang dicintai oleh Allah ta’ala. Bagaimana ketika istiqamah justru dalam kemaksiatan? Perlahan seperti sebuah kebiasaan yang memang harus selalu dilakukan, seperti ada yang kurang ketika kita tidak bermaksiat. Hal kecil, tetap itu kemaksiatan.

Pernahkah kita berpikir bahwa semakin hari umur kita semakin sedikit?


Umur dunia di mata manusia semakin tambah, namun faktanya umur kita semakin berkurang. Imam Hasan Al-Bashri mengatakan, “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanya kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dari dirimu.” (Hilaytul Awliya’, 2/148, Darul Kutub Al ‘Arobi) (Sepotong nasihat dinding dari YPIA)

Pernahkah kita membayangkan bagaimana kematian kita?


Sekilas, mati itu menakutkan. “Saya harus selalu dalam kebaikan nih!”
Implementasi sifat di atas hanya menjadi slogan sajakah? Hari demi hari, waktu ke waktu. Apa waktu itu akan menjadi waktu yang membahagiakan kita untuk menyambut hari dimana tidak ada yang menemani kita kecuali amal yang telah kita lakukan di dunia? Apakah ketika kita bermaksiat lalu kita akan dimatikan begitu saja? Apakah akhir hidup ini tentang rutinitas yang kita lakukan setiap harinya?

Ibnu Rajab rahimahullah dalam Jami’’ul Ulum Wal Hikam. 57/1 mengatakan bahwa, “ Sesungguhnya akhir yang buruk itu bisa terjadi disebabkan akibat kejelekan tersembunyi seorang hamba yang tidak diketahui oleh manusia.” (Pengingat dari gambar instagram @indonesiabertauhidofficial)

Pernahkah kita berdoa agar akhir hidup kita adalah akhir yang baik?


Sombong jika kita tidak pernah berdoa kepada Allah? Merasa dirinya bisa berbuat dengan kemampuannya sendiri. Akhir paragraf ini, hari demi hari telah Allah sediakan untuk kita. Semoga Allah selalu melimpahkan keberkahan, taufik dan hidayah-Nya, sehingga kita selalu dalam lindungan-Nya dan berharap kita dimasukkan ke dalam Surga Allah Ta’ala. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Day - Kedelapanbelas [ Bunga Matahari - 10 Jul '18]

Kisah Hijrah Keluarga Abu Salamah